Soal toilet pun bisa membuat krisis bagi anak desa macam aku. Anak desa yang tak jelas identitasnya. Jika tinggal di desa aku terlalu modern. Jika tinggal di kota, aku terlalu katrok.
Masalah terjadi ketika aku harus pindah ke Surabaya, sebuah kota yang megahnya 20 kali lipat atau bahkan lebih dari desaku. Menghabiskan masa 6 tahun sekolah di Tulungagung juga tak banyak membantu karena Tulungagung dan desaku masih banyak kesamaan.
Lalu bagaimana toilet bisa menjadi krisis?
Begini, dalam kehidupanku sampai berumur 19 tahun, hanya toilet jongkok yang pernah kupakai. Biasanya terbuat dari keramik yang bagus atau dari tegel yang berkesan jadul. Toilet seperti inilah yang menemani masa kecil hingga remajaku.