Sunday, January 17, 2016

Kartu ATM yang Penuh Misteri

Kartu ATM. Benda yang pada awalnya adalah sebuah makhluk penuh misteri. Bentuknya kotak tipis sebesar kartu-kartu lain pada umumnya dan bisa diselipkan ke dompet.
Kenapa penuh misteri? Seperti ini kisahnya.

Pada waktu kuliah, karena mendapatkan beasiswa, aku diharuskan membuat tabungan atas namaku sendiri. Sebenarnya tabungan atas nama sendiri juga pernah kumiliki dulu sekali ketika masih SD. Tapi waktu itu bapak yang mengurus semua dan karena di BRI Unit yang masih jadul waktu itu, tabungan tidak dilengkapi ATM.

Friday, December 12, 2014

Toilet yang Bikin Krisis

Soal toilet pun bisa membuat krisis bagi anak desa macam aku. Anak desa yang tak jelas identitasnya. Jika tinggal di desa aku terlalu modern. Jika tinggal di kota, aku terlalu katrok.

Masalah terjadi ketika aku harus pindah ke Surabaya, sebuah kota yang megahnya 20 kali lipat atau bahkan lebih dari desaku. Menghabiskan masa 6 tahun sekolah di Tulungagung juga tak banyak membantu karena Tulungagung dan desaku masih banyak kesamaan.

Lalu bagaimana toilet bisa menjadi krisis?

Begini, dalam kehidupanku sampai berumur 19 tahun, hanya toilet jongkok yang pernah kupakai. Biasanya terbuat dari keramik yang bagus atau dari tegel yang berkesan jadul. Toilet seperti inilah yang menemani masa kecil hingga remajaku.

Tuesday, August 12, 2014

Lodho Yang Kutunggu Saat Lebaran

Lebaran selalu menjadi cerita menarik, dimanapun. Di desa atau di kota, sama saja. Berpamer baju baru tentu bukan lagi fenomena baru.

Namun, bukan itu yang ingin aku ceritakan mengenai momen lebaran di desa. Dan sepertinya ini memang hanya terjadi di desa saja, meskipun aku tak bilang bahwa hal ini hanya ada di desaku.

Lodho. Semua bermula dari makanan ini.

Lodho adalah semacam masakan ayam opor khas dari daerah Trenggalek dan Tulungagung. Ayam yang digunakan biasanya adalah ayam kampung. Biasanya ayam dipanggang utuh setelah ditusuk sedemikian rupa dengan bambu agar nantinya ayam bisa matang dengan merata. Kegiatan membolak-balik ayam, dulu, adalah hal yang tak akan dipercayakan Ibu kepada siapapun. Bahkan tidak kepada Bapak sekalipun. Namun, seiring perkembangan waktu, dan semakin bertambahnya jumlah anggota keluarga sebagai efek dari pernikahan anak-anaknya, Ibu sekarang lebih suka memesan ayam kampung panggang pada salah seorang penjual di pasar desa sebelah.

Thursday, July 31, 2014

Ulan-Ulan: Larva Bunga Turi yang Lezat (Katanya)

Menjadi anak desa tentu tak bisa dipisahkan dari pengalaman-pengalaman menjijikkan, khususnya mungkin bagi orang kota. Pengalaman yang satu ini bahkan masih tergolong menjijikkan untuk diriku sendiri yang adalah anak desa.

Seperti telah kuceritakan sebelumnya di Nostalgia Berburu Kembang Turi, pada masa SD-ku, pohon turi ditanam di depan rumah-rumah warga, tertata rapi berjajar sepanjang kali. Selain bunga turi, pohon turi ini juga menyimpan harta karun lain bagi para anak desa. Dan harta karun itu tak lain adalah ulan-ulan. Ulan-ulan adalah semacam larva ulat pohon turi yang biasanya sebesar dan sepanjang telunjuk tangan orang dewasa.

Ulan-ulan ini biasanya hidup di dalam batang pohon turi, dekat dengan akar. Ulan-ulan ini bisa disebut hama karena pohon yang diserang biasanya tidak lagi produktif. Dengan alat seadanya, pisau dan ranting-ranting turi, anak-anak desa akan dengan bersemangatnya memburu ulan-ulan ini. Hal ini telah menjadi tradisi bagi bahkan mungkin buyut-buyut mereka. Dan aku tak ingat pasti apakah ulan-ulan ini mengenal musim. Yang jelas, sangat mudah menandai pohon yang mengandung ulan-ulan. Lihat saja pada pangkal batangnya: jika ada lubang atau keluar getah, dipastikan di dalamnya ada ulan-ulan. Pada satu batang, biasanya ada sekitar 1-3 ekor ulan-ulan.

Monday, July 14, 2014

Nostalgia Berburu Kembang Turi

Sebelum berbicara lebih jauh tentang kembang turi, ada baiknya kita cari tahu apa sih pohon turi itu?? (Karena aku yakin banyak yang mungkin tidak mengenal pohon ini).

Menurut wikipedia, pohon turi merupakan pohon kecil dari suku Fabaceae. Berasal dari Asia Selatan dan Asia Tenggara, pohon ini kini tersebar di berbagai wilayah tropis dunia. Pohon ini memiliki berbagai nama di berbagai daerah, antara lain toroy (madura), suri (Sulawesi Utara), ajatulama (Bugis), dan agathi (Inggris).

Pada jaman dulu ketika aku masih TK sampai SD, pohon yang bernama latin Sesbania grandiflora ini ditanam berjajar di pinggir kali. Kini pinggiran kali ditanami dengan tumbuhan lain yang lebih beragam, tergantung keinginan pemilik rumah yang menghadap masing-masing tepian kali. Mungkin pohon turi tak lagi diminati karena daunnya yang sering rontok ketika kering dan membuat jalanan dan halaman rumah menjadi kotor.

Friday, July 4, 2014

Penebangan Pohon Kelapa, Berkah bagi Anak-Anak

Pada masa kecilku dulu (bahkan kadang masih terjadi hingga sekarang walaupun sudah sangat jarang), aku sering menjumpai proses penebangan pohon kelapa. Penebangan ini mempunyai alasan yang berbeda-beda, antara lain karena kayu kelapa sudah tua atau bahkan sudah mati, kayu akan digunakan untuk keperluan khusus, atau seperti yang pernah terjadi di rumahku, pohon kelapa yang tinggi sangat berbahaya bagi kabel PLN yang melintang di sekitarnya.

Penebangan pohon kelapa memakan waktu beberapa lama. Para penebang pohon merupakan pekerja yang dibayar. Mereka mempunyai gergaji mesin besar dengan gerigi yang menakutkan mirip giginya Batara Kala. Kalau sudah dinyalakan, mesin itu akan mulai menggergaji pohon kelapa yang akan dirobohkan. Aku tak pernah melihat langsung proses perobohan tersebut. Suara desing gergaji mesin yang mirip auman binatang buas sudah cukup membuatku takut.

Rrrrrrrrmmmmmmmm.........

Wednesday, July 2, 2014

Pematang Sawah, Pematang Hidupku

Salah satu hal yang paling kuingat dari pengalaman menjadi anak desa adalah fungsi pematang sawah, atau yang dalam bahasa daerahku disebut galengan, yang begitu penting dalam kehidupanku khususnya sebagai seorang pelajar. Pematang sawah pada umumnya berfungsi sebagai pembatas antara sawah milik A dan B. Pematang berbentuk membujur dan melintang, membentuk petak-petak sawah sesuai dengan luas yang dimiliki oleh masing-masing pemilik.

Dalam kehidupan kami anak desa, pematang sawah mempunyai nilai historik tersendiri yang sulit dilupakan bahkan ketika kami sudah tak lagi tinggal di desa. Bagi kebanyakan anak desa yang tak mempunyai sepeda, kami harus cerdik-cerdik mencari solusi agar bisa sampai ke sekolah melalui jarak terpendek. Selain untuk menghemat waktu, hal ini tentunya juga untuk menghemat tenaga yang nantinya akan kami gunakan selama jam pelajaran dan juga untuk bermain selama jam istirahat.